google.com, pub-5346884408791712, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Dari Cleaning Service Sampai Raup Rp 15 Juta/Bulan Berkat Ayam Geprek dan Sinyal IM3

BERITA1BOGOR – Kisah Hakim Marantika, pemuda kelahiran Palembang, 12 Mei 2002, ini adalah trigger bagi anak muda lain yang ingin berbisnis.

Pemilik Ayam Geprek si Hakim atau Geprek Boombayah ini membuktikan bahwa semangat dan konektivitas digital bisa mengubah dapur rumah menjadi pabrik uang.

Awalnya, bisnis Ayam Geprek si Hakim hanya beroperasi dari rumah. Semua berubah drastis setelah ia memutuskan ‘gaspol’ di dunia digital.

Dengan dukungan perangkat HiFi Air dan konektivitas dari IM3, Hakim mulai aktif berjualan di media sosial dan platform digital.

“Sekarang pelanggan bisa pesan dari mana saja,” ujar Hakim.

Akses digital yang stabil dan luas menjadi kunci utamanya untuk menjangkau pasar tanpa batas.

Di balik pedasnya sambal Geprek Boombayah, terdapat semangat adaptasi generasi muda. Konektivitas bukan cuma soal sinyal, tapi peluang baru.

Ini adalah cerita bagaimana layanan digital memberdayakan anak muda untuk berani membuka usaha, mulai dari dapur kecil mereka sendiri.

Hakim kini sudah memiliki lapak fisik pertamanya yang berlokasi di Jalan Perdana Raya, Budi Agung, Tanah Sareal, Kota Bogor.

Pencapaiannya kini sungguh fantastis. Berawal dari modal Rp10 juta, kini usaha Ayam Geprek si Hakim atau Geprek Boombayah bisa menghasilkan laba bersih sekitar Rp500 ribu per hari, atau setara dengan Rp15 juta per bulan.

Kesuksesan Hakim tidak didapat secara instan. Ia melalui fase jatuh bangun yang cukup keras.

Sebelum merintis bisnis kulinernya, Hakim sempat merantau ke berbagai daerah di Sumatera Barat. Bahkan, ia pernah menjadi cleaning service di Jakarta selama satu tahun.

Pengalaman kerja kerasnya makin ditempa saat ia bekerja selama dua tahun di salah satu gerai makanan cepat saji. Pengalaman inilah yang menjadi modal berharga dalam mengelola usaha makanannya sendiri.

Dari lapak kecil, Hakim tumbuh besar bersama konektivitas yang memberdayakan. Ia mengakui bahwa layanan digital yang dihadirkan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) melalui IM3, Tri, dan HiFi Air tidak hanya berfungsi sebagai penghubung sinyal, tetapi juga “mempertemukan semangat dan kesempatan.”

Hakim tidak hanya fokus pada bisnisnya sendiri. Ia juga terlibat dalam transformasi dan pemberdayaan UMKM lain yang terhubung dengan layanan Indosat. Menurutnya, koneksi digital adalah pendorong utama transformasi.

“Koneksi digital membantu mendorong transformasi, mendukung mitra berkembang, memperluas pasar, dan membawa perubahan nyata di lingkungannya,” tutup Hakim.

Kisah Hakim adalah bagian dari gelombang besar transformasi digital UMKM Indonesia. Pemerintah menargetkan 30 juta UMKM untuk go digital pada tahun 2024.

Hingga Oktober 2024, Kementerian Koperasi dan UKM mencatat sekitar 25,5 juta UMKM telah memanfaatkan platform digital.

Peran konektivitas internet yang cepat dan stabil ditekankan oleh pemerintah sebagai prasyarat mutlak agar UMKM dapat meningkatkan efisiensi operasional, memperluas jangkauan pasar, dan menaikkan pendapatan, seperti yang dialami Hakim.

(Erk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *