BERITA1BOGOR.com – Bekerjasama dengan pengrajin batik, mahasiswa London School of Public Relation (LSPR) Prodi ilmu Komunikasi Public Relation International Class Batch 26 menggelar kegiatan bertajuk “Bulora Connecting Culture”, Minggu 1 November 2024.
Kegiatan Bulora Connecting Culture yang diadakan di Kampung Batik Cibuluh, Bogor Utara, Kota Bogor, bertujuan untuk mempromosikan batik buatan lokal ke Perth Australia.
Bulora merupakan brand dari perpaduan antara Cibuluh dan Flora dengan 7 perajin batik yang aktif. Bulora juga berkomitmen untuk membawa kreasi batik unik yang terinspirasi dari alam Kampung Cibuluh ke kancah internasional.
“Kampung Batik Cibuluh, Kota Bogor, kini tengah bersiap menembus pasar internasional melalui program pengabdian masyarakat bertajuk Bulora. Acara ini menjadi jembatan bagi para pengrajin batik lokal untuk mempersiapkan produk mereka memenuhi standar internasional dan menargetkan pasar Australia,” kata Maylaffayza Wiguna, Dosen Community Development LSPR Institute of Communication and Business kepada media.
Bulora, lanjut Maylaffayza, merupakan program yang diprakarsai dan dikolaborasikan antara Batik Melinda, ibu Kartika, dan Dosen LSPR Institute of Communication and Business, Maylaffayza Wiguna.
“Jadi Batik Cibuluh ini akan kita ikut sertakan di pameran yang akan diadakan di Edith Cowan University (ECU), Perth, Australia,” ucapnya.
Sebagai langkah awal, Pra-Acara Bulora 2024 digelar pada 1 Desember 2024 di Kampung Batik Cibuluh. Acara ini bertujuan untuk membekali para pengrajin dengan keterampilan digital dan pengetahuan logistik pengiriman internasional.
Maylaffayza juga menekankan, pentingnya pendekatan berbasis teknologi dalam membantu UMKM batik.
“Melalui kolaborasi ini, mahasiswa kami di LSPR menjalankan program berbasis riset dan observasi. Kampung Batik Cibuluh terpilih karena produknya memungkinkan untuk dipasarkan ke luar negeri, seperti batik yang memiliki daya tarik visual dan budaya,” ujar Maylaffayza.
Dalam program ini, mahasiswa LSPR turut memberikan pelatihan mengenai pemasaran digital dan kualitas produk. Langkah ini sebagai awal untuk membangun fondasi bagi pengrajin agar lebih percaya diri memasuki pasar global.
Pemilik batik Melinda Kartika menjelaskan, sejak berdirinya Kampung Batik Cibuluh pada tahun 2017, pengrajin lokal terus berupaya melestarikan seni batik dan meningkatkan eksistensinya.
“Program ini sangat penting bagi kami sebagai pengrajin untuk memahami cara menyesuaikan kualitas dan presentasi produk sesuai standar global. Harapan saya, Batik Cibuluh bisa lebih dikenal dan diminati di pasar luar negeri serta mampu mencetak sejarah sebagai pusat batik lokal yang mendunia. Pameran di Australia akan menjadi momentum penting untuk memperkenalkan keunikan Batik Cibuluh ke pasar internasional,” harapnya. (*)